Jumat, 13 Februari 2015

makalah akuntansi pendekatan perumusan teori akuntansi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, karena atas berkat petunjuk-Nyalah makalah Pendekatan Perumusan Akuntansi Islam ini dapat terselesaikan.
Tak ada gading yang tak retak, demikian pula saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya kritik dan saran konstruktif dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Metro, 10 oktober 2014
                                                                                               
                                                                                                 Penulis













DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................. 1
Daftar Isi...................................................................................................... 2
BAB II PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang............................................................................. 3
B.     Rumusan Masalah......................................................................... 3
C.     Tujuan Penulisan........................................................................... 4
D.    Manfaat Penulisan........................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
A.    Akuntansi Syariah dan Epistimologi Islam.................................. 5
B.     Pendekatan Perumusan Teori Akuntansi...................................... 7
C.     Kondisi objektif lahirnya paradigma akuntansi-syariah............. 17

BAB III PENUTUP.................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 22










BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Sejarah perkembangan pemikiran akuntansi dibagi dalam tiga periode: tahun 4000 SM – 1300 M, Tahun 1300 – 1850 M, dan tahun 1850 M sampai sekarang. Masing-masing periode memberi kontribusi yang berarti bagi ilmu akuntansi.
Perkembangan teknologi yang luar biasa juga berdampak pada perubahan ilmu akuntansi modern Pengguna akuntansi juga bervariasi, dari yang sekedar memahami akuntansi sebagai alat hitung menghitung dan sumber informasi dalam pengambilan keputusan
Teori akuntansi di kembangkan dan di saring lewat sebuah proses riset akuntansi. Hasil riset pertama dari akuntan pendidik, dan pihak lain dari organisasi pembuatan kebijakan, kantor akuntan publik, dan sektor industri swasta yang ikut berperan penting dalam peran proses riset akuntansi. Standar dan pernyataan dan ketetapan yang di hasilkan oleh organisasi  pembuat kebijakan akan di interprestasikan dan di terapkan dalam praktek pada tingkat organisasi.
B.        Fokus/Rumusan Masalah
Agar pembahasan memahami tentang pendekatan perumusan akuntansi islam ini lebih sistematis, maka yang menjadi fokus/rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1.         Apa itu Akuntansi Syariah dan Epistimologi Islam?
2.         Apa itu Pendekatan Perumusan Teori Akuntansi?
3.         Apa itu Kondisi Objektif Lahirnya Paradigma Akuntansi-Syariah?


C.        Tujuan
Tujuan dari karya tulis ini adalah:
1.         Menjelaskan tentang Akuntansi Syariah dan Epistimologi Islam        
2.         Menjelaskan tentang Pendekatan Perumusan Teori Akuntansi
3.         Menjelaskan tentang Kondisi Objektif Lahirnya Paradigma Akuntansi-Syariah.
D.        Manfaat
Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Manfaat tersebut meliputi:
1.         Manfaat teoritis
Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan guna memperkaya wawasan tentang pendekatan perumusan akuntansi islam.
2.         Manfaat praktis
Karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan acuan/pedoman tambahan dalam praktik manajemen keuangan dalam suatu organisasi atau perusahaan, di samping pedoman yang telah ada dan diaplikasikan.










BAB II
PEMBAHASAN
A. Akuntansi Syariah dan Epistimologi Islam
Kerangka konseptual akuntansi syariah sebagaimana telah dikemukakan di atas dirumuskan menggunakan pendekatan epistimologi Islam. Epistimologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membahas teori ilmu pengetahuan, secara harfiah epistimologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan (Suria Sumantri, 1991). Dalam lingkup filsafat ilmu, epistimologi mengandung pengertian sebagai metode memperoleh pengetahuan agar memiliki karakteristik, kebenaran, dan nilai-nilai tertentu sebagai ilmu (Chalmers, 1991).
Dalam konteks epistimologi sebagai metode memperoleh pengetahuan ilmu, epistimologi Islam diperlukan guna memperoleh pengetahuan yang diharapkan memiliki karakteristik, kebenaran dan nilai-nilai Islami. Epistimologi Islam adalah metode memperoleh pengetahuan ilmu yang Islami melalui proses penalaran yang sistematis, logis dan sangat mendalam menggunakan “ijtihad” yang dibangun atas kesadaran sebagai khalifatullah fii-ardl (lihat Syafi’i, 2000 dan Triyuwono, 2000).
Prinsip dasar paradigma syariah merupakan multi paradigma yang holistic, mencakup keseluruhan dimensi wilayah mikro dan makro dalam kehidupan manusia yang saling terkait. Pertama, dimensi mikro prinsip dasar paradigma syariah adalah individu yang beriman kepada Allah SWT (tauhid) serta mentaati segala aturan dan larangan yang tertuang dalam Al-Qur’an,Al Hadits, Fiqh, dan hasil ijtihad. Landasan tauhid diperlukan untuk mencapai tujuan syariah yaitu menciptakan keadilan sosial (al a’dl dan al ihsan) serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Pencapaian tujuan syariah tersebut dilakukan menggunakan etika dan motal iman (faith), taqwa (piety), kebaikan (righteoneus/birr), ibadah (worship), tanggungjawab (responsibility/fardh), usaha (free will/ikhtiyar), hubungan dengan Allah dan manusia (Habluminallah dan Habluminannas), serta barokah (blessing).
Kedua, dimensi makro prinsip syariah adalah meliputi wilayah politik,ekonomi dan sosial. Dalam dimensi politik, menjunjung tinggi musyawarah dan kerjasama. Sedangkan dalam dimensi ekonomi, melakukan usaha halal, mematuhi larangan bunga, dan memenuhi kewajiban zakat. Selanjutnya dalam dimensi sosial yaitu mengutamakan kepentingan umum dan amanah.
Dalam kerangka konseptual akuntansi syariah tersebut di atas, dinyatakan bahwa tujuan diselenggarakannya akuntansi syariah adalah mencapai keadilan sosial-ekonomi; dan sebagai sarana ibadah memenuhi kewajiban kepada Allah SWT, lingkungan dan individu melalui keterlibatan institusi dalam kegiatan ekonomi. Produk akhir teknik akuntansi syariah adalah informasi akuntansi yang akurat untuk menghitung zakat dan pertanggungjawaban kepada Allah SWT dengan berlandaskan moral, iman dan taqwa.
Dengan demikian dalam hal akuntansi syariah sebagai alat pertanggungjawaban, diwakili informasi akuntansi syariah dalam bentuk laporan keuangan yang sesuai dengan syariah yaitu mematuhi prinsip full disclousure. Laporan keuangan akuntansi syariah tidak lagi berorientasi pada maksimasi laba, akan tetapi membawa pesan modal dalam menstimuli perilaku etis dan adil terhadap semua pihak. Jenis laporan keuangan akuntansi syariah yang memenuhi criteria ini menurut Harahap (2000) meliputi”
Neraca, yang menyajikan pula Laporan Sumberdaya Manusia. Laporan Nilai Tambah (Value Added Reporting) yang menyajikan semua hasil yang diperoleh perusahaan darikontribusi semua pihak yang terkait dengan entitas, dan kemudian mendistribusikannya secara adil. Laporan Arus Kas (Cash Flow). Laporan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Socio Economy Accounting Reporting). Catatan atas Laporan Keuangan, mengenai implementasi syariah misalnya zakat, infaq, shodaqoh, transaksi haram, dan laporan dewan syariah. Melaporkan good governance, mengenai produksi, efisiensi, produktivitas, dan laporan lainnya yang relevan.


B.     Pendekatan Perumusan Teori Akuntansi
Metodologi yang biasa digunakan untuk perumusan suatu teori akuntansi, pada dasarnya adalah metodologi deskriptif. Dengan kata lain menurut pandangan ini, teori akuntansi merupakan suatu usaha coba-coba untuk membenarkan apa yang tersusun melalui praktik akuntansi. Suatu teori seperti ini dinamakan Akuntansi Deskriptif atau suatu Teori Akuntansi Deskriptif. Pendekatan teori akuntansi deskriptif telah dikecam oleh para pendukung metodologi normative yang melahirkan teori akuntansi normative. Teori akuntansi normatif berusaha membenarkan apa yang seharusnya benar, daripada membenarkan apa yang benar.
Perbedaan antara dua orientasi tersebut, yakni : Kesatu, disebut Akuntansi Operasionil. Akuntansi Operaisonal diarahkan pada penyajian informasi yang berguna bagi keputusan manajemen dan investor, khususnya keputusan yang menyangkut alokasi sumberdaya. Kedua, disebut Akuntansi Hak Pemilikan, diarahkan pada penyesuaian hak milik para pemegang saham dan pihak lain yang berpekentingan baik yang berada di dalam ataupun di luar suatu organisasi agar dapat mencapai suatu keadilan dalam bagian hasial atau keuntungan operasi.
Diantara teori akuntansi yang termasuk dalam kelompok pendekatan normative ada beberapa studi yang dilakukan di antaranya dilakukan oleh Moonitz, Sprouse dan Moonitz, The American Accounting Association’s A Statement of Basic Accounting Theory, teori karya Edwards dan Bell, serta The Study by Chambers. Suatu review yang baik mengenai metodologi deskriptif dan normative serta teori-teori yang dihasilkan, ditemukan oleh Mc Donald dan The AAA’s Statement on Accounting Theory and Theory Acceptancen. Sekalipun tidak ada suatu teor akuntansi yang komprehensip, namun ada berbagai teori akuntansi dalam kategori cukup baik. Hal ini diakibatkan karena pemakaian pendekatan yang berbeda. Beberapa pendekatan tradisionil ini telah dapat diterima lebih tinggi dibanding pendekatan baru. Beberapa pendekatan tradisionil adalah:
Non-teoritis, praktis atau pragmatis (tak formil)
Teoritis           
a.       Deduktif
b.      Induktif
c.       Etis
d.      Sosiologis
e.       Ekonomis
f.       Memilih-milih dari berbagai sumber
Dengan penjelasan sebagai berikut:
Pendekatan Non-Teoritis
Pendekatan non-teoritis adalah suatu pendekatan pragmatis (atau praktis) atau suatu pendekatan otoriter. Pendekatan pragmatis adalah pembentukan suatu teori yang berciri khas sesuai dengan praktik senyatanya, dan pembentukan teori tersebut mempunyai kegunaan ditinjau dari segi cara penyelesaiannya yang praktis sebagaimana yang diusulkan. Pendekatan otoriter adalah perumusan suatu teori akuntansi, yang umumnya digunakan oleh organisasi professional, dengan menerbitkan pernyataan sebagai peraturan praktik akuntansi.
Pemakian kegunaan atau faedah sebagai suatu kriteria pemilihan prinsip akuntansi menghubungkan pembentukan teori akuntansi pada praktik akuntansi, yang dapat menjelaskan kekuranggairahan yang disebabkan oleh pendekatan pragmatis. Kita boleh juga memikirkan pendekatan pragmatis sambil memasukan suatu teori rekening. Pendekatan ini, yang bertumpu pada suatu rasionalisasi tata buku berpasangan, dimuat dalam Fra Luca Paciolo’s Summa de Aritmetica Gemoetical Proportioni et Proportinalita, diterbitkan di Venice pada tahun 1494. Walaupun the Summa merupakan suatu review buku teknologi matematis yang berlaku waktu itu, namun memasukkan 36 bab pendek mengenai tata buku, yang disebut De Computis et Scripturis (of Reckonings and Writing).
Teori pendekatan rekening merasionalkan pemilihan teknik akuntansi atas dasar persamaan akuntansi, yakni persamaan neraca dan persamaan keuntungan akuntansi. Persamaan neraca biasanya dinyatakan sebagai:
Aktiva = Utang + Modal Pemilik
Persamaan keuntungan akuntansi biasanya dinyatakan sebagai:
Keuntungan akuntansi = Penghasilan- Biaya
           
Dua persamaan menurut teori pendekatan rekening ini mengarahkan pada pengembangan dua posisi yakni satu posisi yang berorientasi pada neraca dan satu posisi yang berorientasi pada keuntungan. Bagaimanapun juga, teori pendekatan rekening seperti pendekatan pragmatis dan otoriter.
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah pendekatan yang digunakan dalam membentuk teori yang dimulai dari dalil-dalil dasar dan tindakan-tindakan dasar untuk mendapatkan kesimpulan logis tentang pokok persoalan yang sedang dipertimbangkan.
Pendekatan ini berjalan dari umum (dalil dasar tentang lingkungan akuntansi) kekhusus (pertama ke prinsip akuntansi, dan kedua pada teknik akuntansi). Apabila pada saat ini kita beranggapan, bahwa dalil dasar tentang lingkungan akuntansi terdiri dari tujuan dan pernyataan, maka langkah yang digunakan bagi pendekatan deduktif akan meliputi sebagai berikut:
Menetapkan “tujuan” laporan keuangan
Memilih “aksioma” akuntansi
Memperoleh “prinsip” akutnansi
Mengembangkan “teknik” akuntansi.
Oleh karena itu, menurut teori akuntansi yang diperoleh secara deduktif, teknik ini berkaitan dengan prinsip dan aksioma serta tujuan menurut suatu cara yang sedemikian rupa sehingga apabila prinsip dan oksioma serta tujuannya benar, maka tekniknya pun harus menjadi benar. Struktur teoritis akuntansi ditetapkan menurut rangkaian tujuan, aksioma, prinsip, teknik yang bertumpu pada suatu perumusan tepat terhadap suatu teori yang dihasilkan. Menurut Popper, pengujian teori deduktif dapat dilaksanakan sepanjang empat hal: Pertama ada perbandingan logis diantara kesimpulan itu sendiri, sehingga konsistensi intern sistem teruji. Kedua, ada pemeriksaan bentuk logis teori dengan maksud menentukan apakah teori tersebut berkarakter sebagai suatu teori empiris ataukah teori ilmiah, dan ataukah merupakan suatu teori yang bersifat mengulang-ulang saja tanpa memberi penjelasan tambahan. Ketiga, ada perbandingan dengan teori lain, terutama dengan maksud menentukan apakah teori akan membuat suatu kemajuan ilmu pengetahuan yang berarti akan mempertahankan dan meneruskan berbagai pengujian kita, dan akhirnya, ada pengujian teori melalui penerapan empiris beberapa kesimpulan yang dapat diperolehnya darinya.
Langkah terakhir diperlukan untuk menentukan bagaimana teori memenuhi tuntutan praktik.
Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif terhadap pembentukan suatu teori dimulai dari pengamatan dan pengukuran dan menuju kearah kesimpulan yang digeneralisir. Apabila diterapkan pada akuntansi, maka pendekatan induktif dimulai dari pengamatan informasi keuangan perusahaan, dan hasilnya untuk disimpulkan, atas dasar hubungan kejadian, kesimpulan dan prinsip akuntansi. Penjelasan-penjelasan deduktif dikatakan berjalan dari khusus kearah umum. Pendekatan induktif pada suatu teori melibatkan empat tahap:
Pengamatan, dan pencatatan seluruh pengamatan
Analisis dan pengklasifikasian pengamatan tersebut untuk mencari hubungan yang berulangkali yakni hubungan yang sama dan serupa
Pengambilan generalisasi dan prinsip akuntansi induktif dari pengamatan tersebut yang menggambarkan hubungan yang berulang kali terjadi
Pengujian generalisasi
Tidak seperti halnya dengan masalah pengambilan secara deduksi, kebenaran atau kepalsuan dalil tidak tergantung pada dalil lain tetapi harus dibuktikan secara empiris. Demikian pula, dapat dikatakan bahwa dalil akuntansi hasil penarikan kesimpulan secara induktif menunjukkan teknik akuntansi khusus yang memiliki probabilitas hampir tinggi.
Beberapa penulis akuntansi bersandar kepada pengamatan praktik akuntansi dalam mengusulkan suatu kerangka teori akutnasi. Tujuan yang mendasari sebagian besar para pemikir ini adalah merasionalisasikan praktik akuntansi untuk menarik kesimpulan secara teoritis serta abstrak. Pembelaan terbaik terhadap pendekatan induktif diberikan oleh usaha Ijiri yang menggeneralisir tujuan yang implisit dalam praktik akuntansi yang berlaku dan mempertahankan pemakaian harga pokok histories. Ijiri menyatakan: Bentuk pemikiran induktif untuk mencapai tujuan yang implisit dalam perilaku suatu sistem yang ada tidak bermaksud untuk mempertahankan status quo. Tujuan penggunaannya adalah untuk menyoroti di mana perubahan-perubahan itu sangat diperlukan dan dimana perubahan itu dimungkinkan terjadi. Perubahan memberi kesan sebagai suatu kesempatan lebih baik untuk dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Pengandaian tujuan kedalam model-model normative atau tujuan yang dilanjutkan dalam pembahasan kebijaksanaan semata-mata sering kali dinyatakan atas dasar keyakinan dan preferensi seseorang, daripada berdasarkan penyelidikan induktif terhadap sistem yang ada. Ini kemungkinan dapat menjadi alasan yang lebih penting mengapa demikan banyak model normatif atau usul kebijaksanaan normatif tidak dilaksanakan dalam praktik. Perumusan dalil sering kali dilakukan dengan pemikiran induktif, dalil umum dirumuskan melalui suatu proses induktif, sementara prinsip dan teknik diperoleh melalui suatu proses deduktif. Itu menegaskan bahwa logika induktif dapat mensyaratkan pemikiran atau logika induktif.
Pendekatan Etis
Inti dasar pendekatan etis adalah terdiri atas konsep-konsep keadilan, kejujuran, dan kebenaran serta kewajaran. Para akuntan menganggap konsep tersebut mempunyai arti yang sama. Sebaliknya, hanya merasakan bahwa justive dan fairness sebagai norma etis, dan memandang truth sebagai suatu pernyataan nilai. Konsep “fairness” (kewajaran). Kewajaran sebagai suatu norma dasar yang dipergunakan untuk penilaian norma lain, karena merupakan satu-satunya yang menunjukkan “pertimbangan etis”.
Spavek satu langkah lebih maju dalam rangka menegaskan keunggulan konsep kewajaran: Suatu pembahasan tentang aktiva, utang, penghasilan, dan biaya belumlah saatnya dan tidak gunanya sebelum menentukan prinsip dasar yang akan menghasilkan suatu penyajian data yang wajar dalam bentuk akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Kewajaran akuntansi dan laporan ini harus ada dan untuk masyarakat, dan masyarakat tersebut mewakili berbagai golongan masyarakat kita.
Apapun pengertian yang dikandungnya, kewajaran telah menjadi salah satu dari tujuan dasar akuntansi. The Committeee on Auditing Procedures menunjuk kriteria “kewajaran penyajian” sebagai (1) kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang diterima umum, (2) keterungkapan, (3) konsisten, (4) dapat dipertimbangkan. Dalam sebuah laporan pemeriksaan tanpa kualifikasi, auditor tidak hanya menyatakan bahwa telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum dan norma pemeriksaan yang telah diterima umum akan tetapi juga menyatakan suatu pendapat dengan kata “menyajikan secara wajar”. Kewajaran merupakan suatu tujuan yang diperlukan sekali dalam pembentukan suatu teori akuntansi apabila apa pun yang dipaksakan pada dasarnya dapat dibuktikan secara logis atau secara empiris dan apabila dioperasionalkan melalui suatu definisi yang memadai dan melalui pengenalan sifat-sifatnya.
Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis perumusan suatu teori akuntansi menekankan pengaruh sosial terhadap teknik akuntansi. Pendekatan ini merupakan suatu pendekata etis yang memusatkan pada suatu konsep kewajaran yang lebih luas, yakni kesejahteraan sosial. Menurut pendekatan sosiologis suatu prinsip atau teknik akuntansi tertentu akan dinilai akseptasinya atas dasar pengaruh pelaporannya terhadap seluruh golongan masyarakat.
Penerapan pendekatan sosiologis yang tepat terhadap pembentukan teori akuntansi kemungkinan sulit diketemukan. Oleh karena adanya kesulitan-kesulitan dan penentuan informasi yang diperlukan rakyat tersebut yang membuat pertimbangan kesejahteraan. Pendekatan sosiologis dalam perumusan teori akuntansi telah membantu evolusi suatu cabang akuntansi baru, yang disebut Akuntansi Sosioekonomi. Tujuan utama sosioekonomi adalah mendorong badan usaha berfungsi dalam suatu sistem pasar bebas untuk mempertangggungjawabkan aktivitas produksinya sendiri terhadap lingkungan sosial melalui pengukuran, internalisasi dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi terhadap suatu teori akuntansi menitikberatkan pengendalian perilaku indikator makro ekonomi yang diakibatkan oleh pemakaian berbagai teknik akuntansi. Sementara pendekatan etis memfokuskan pada suatu konsep “kewajaran” dan pendekatan sosiologis memfokuskan pada suatu konsep “kesejahteraan sosial”, pendekatan ekonomi memfokuskan pada suatu konsep “kesejahteraan ekonomi umum”. Kriteria umum yang digunakan oleh pendekatan makro ekonomi adalah (1) kebijaksanaan dan teknik akuntansi harus mencerminkan “realitas ekonomi”, dan (2) pemilihan teknik akuntansi harus tergantung kepada “konsekuensi ekonomi”. “Realitas ekonomi” dan “konsekuensi ekonomi” merupakan istilah yang telah sekali untuk digunakan di dalam menunjukkan keuntungan pendekatan makro ekonomi.
Pemerintah memperjuangkan pemakaian metode penanggulangan atas dasar alasan bahwa metode tersebut memperlemah pengaruh insenti suatu alat kebijaksanaan fiskal. Oleh karena itu, dalam rangka penentuan norma akuntansi, pertimbangan-pertumbangan yang dinyatakan oleh pendekatan ekonomi lebih bersifat ekonomis daripada operasional.

Pendekatan yang Digunakan dalam Studi Ini
Berpijak pada urgensi dan kegunaan penelitian ini, maka upaya rasional, penentuan kebenaran hakekat dan eksistensi akuntansi tersebut perlu diteliti dengan metode penelitian yang tepat. Ketepatan metode penelitian tersebut akan tercermin pada tahap-tahap penelitian yang dilalui.
Buku ini ditulis untuk menemukan rasionalitas dan kebenaran hakikat, pengetahuan dan praktik akuntansi, maka kajian teori kritis akan digunakan, yang penerapannya dilakukan melalui dua tahapan, yaitu: tahap deskriptif dan tahap evaluatif / kritik. Kedua tahap kajian ini masing-masing menggunakan metode yang berbeda, sesuai dengan esensi permasalahan penelitian ini.
a)      Tahap deskriptif
Tahap deskriptif adalah tahap penyajian data yang didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Tahap deskriptif adalah tahap untuk mengetahui hakikat sesuatu. Untuk itu, kajian selanjutnya akan dikombinasikan dengan kerangka dasar filsafat ilmu. Ontologi menyangkut tentang hakikat apa yang dikaji atau science of being qua being”. Epistimologi adalah berkaitan dengan bagaimana cara ilmu pengetahuan melakukan pengkajian dan menyusun tubuh pengetahuannya atau studi filsafat yang membahas ruang lingkup dan batas-batas pengetauan. Metodologi digunakan untuk menguji metode-metode yang digunakan atau yang akan digunakan untuk menghasilkan pengetahuan yang valid. Sementara aksiologi adalah tiang penyangga filsafat ilmu yang berkaitan dengan kegunaan ilmu yang telah tersusun itu dipergunakan atau theory of value.
Berdasarkan tiga sisi tersebut selanjutnya dapat dilakukan analisis terhadap esensi ilmu pengetahuan. Akuntansi akan memberikan informasi yang sangat dibutuhkan manajemen dalam melaksanakan fungsi-fungsinya, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Fungsi-fungsi tersebut merupakan fenomena yang akan menjadi kajian keilmuan terutama yang berkaitan dengan hakikat dari sudut pandang syari’ah Islam.
b)      Tahap evaluatif
Metode yang digunakan pada tahap evaluatif adalah metode analitik kritis-rasional. Metode ini diterapkan mengingat pada tahap ini dilakukan upaya membandingkan konsep akuntansi Barat dengan konsep Akuntansi Syariah. Seperti halnya dalam upaya mengkaji atau membangun teori sosial, termasuk teori akuntansi, maka proses berfikir analisis: kritis dan rasional sangat dituntut. Dalam penelitian akuntansi pendekatan kritis (critical studies) merupakan salah satu pendekatan yang disarankan untuk diterapkan. Banyak istilah yang disarankan, sebagaimana diungkapkan oleh Lodh, bahwa: “There are many labels for ‘critical accounting’ or ‘critical studies in accounting research”. Sebagai contoh, Macintosh menggunakan istilah critical accounting movement, Cooper & Hopper menggunakan istilah critical accounting walaupun sebelumnya mereka menggunakan istilah critical studies. Sementara Neimark and Tinker memakai istilah critical accounting literature. Kemudian Laughlin menggunakan istilah critical theory yang digunakan untuk memaknai istilah critical sosial theory khususnya teori kritis yang berasal dari German.
Istilah-istilah yang disampaikan di atas, mengandung perbedaan terminology jika akan diterapkan pada kajian teori akuntansi dan penelitian akuntansi. Melalui pendekatan critical theory kita akan melihat suatu teori itu bukan saja terletak pada upaya menempatkan ideologi sebagai ‘bentuk pemikiran’ akan tetapi juga akan mencoba mengkaji tentang bagaimana kondisi sosial, seperti sistem akuntansi yang dikembangkan oleh kaum kapitals, terpenuhinya kepuasan kebutuhan hidup, dan kebebasan diri dari kondisi sosial masyarakat yang rentan.
c)      Metode pengumpulan data
Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, maka data yang digunakan adalah berupa pernyataan-pernyataan ahli yang relevan. Dengan demikian teknik pengambilan sampel data adalah dengan purposive sampling/data, yang selanjutnya didukung dengan teknik analisis is (content analysis). Teknik ini menurut Bogdan dan Biklen (1982) yang dikutip Syafi’ie dimaksudkan untuk pengambilan sampel internal (internal sampling). Internal sampling yaitu keputusan yang diambil begitu peneliti memiliki suatu pikiran umum tentang jumlah dokumen serta macamnya yang akan dikaji, dengan siapa akan berbicara dan kapan akan melakukan observasi.
Penggalian data primer mula-mula dilakukan dengan mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan istilah perhitungan (hisab), keseimbangan, pertanggungjawaban, kemudian membuat outline dalam rangka menentukan ayat-ayat yang secara langsung berkaitan dengan ayat-ayat yang tidak secara langsung mengungkap tentang hisab, yang dalam penggaliannya menggunakan teknik dokumentasi murni. Sedangkan untuk mengumpulkan data sekunder dilakukan dengan mencari pokok-pokok pikiran yang ditulis oleh pemikir atau ilmuwan yang telah ditulis dalam rangka menemukan esensi tentang konsep akuntansi. Dalam penelitian kualitatif, pada tahap analisis setidak-tidaknya ada tiga komponen pokok yang harus disadari oleh peneliti, yaitu : data reduction, data display dan conclusion drawing (Miles & Huberman, 1984: Sutopo, 1988). Tiga komponen tersebut saling berhubungan dengan dan saling mendukung. Sehubungan dengan permasalahan akuntansi maka Gaffikin menyarankan empat tahapan yang harus dilalui oleh peneliti dalam menerapkan metodologi analisis. Keempat tahapan tersebut adalah: logical, environmental, ideological, dan linguistic. Masing-masing tahapan tersebut saling berkaitan erat satu dengan yang lain. Oleh karena itu, keberhasilan konstruksi teori ini akan menemukan kecocokan kriteria pada semua bidang.
    

C. Kondisi objektif lahirnya paradigma akuntansi-syariah
            Lahirnya akuntansi syariah sekaligus sebagai paradigma baru sangat terkait dengan kondisi objektif yang melingkupi umat islam secara khusus dan masyarakat dunia secara umum. Kondisi tersebut meliputi : norma agama, kontribusi umat islam pada masa lalu, sistem ekonomi kapitalis yang berlaku saat ini, dan perkembangan pemikiran.
      a.       Norma Agama
Ajaran normatif agama sejak awal keberadaaan islam telah memberikan persuasi normatif bagi para pemeluknya untuk melakukan pencatatan atas segala transaksi dengan benar dan adil sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Al-Baqarah : 282
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah yang berutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Rabbnya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari pada utangnya... (QS. Al-Baqarah: 282)
Ayat inilah yang sebenarnya memberikan dorongan kuat kepada kaum muslim untuk  menggunakan akuntansi dalam setiap bisnis dan transaksi yang dilakukannya. Disamping itu juga ada ayat-ayat lain yang sangat kondusif bagi mereka untuk melakukan pencatatan, yaitu ayat-ayat tentang kewajiban membayar zakat. Ayat tersebut diantaranya adalah :
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensuciksn mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka.dan Allah  maha mendengar lagi maha mengetahui. (QS. At- Taubah: 103).
 Ayat-ayat tersebut sangat berpengaruh terhadap cara berbisnis  dan berprilaku umat islam dalam dunia nyata. Ayat tersebut tidak sekedar norma, tetapi adalah praktik yang bisa “membumi” dalam bentuk perilaku kehidupan manusia.
      b.      Kontribusi Umat Islam
Sepintas deskripsi diatas secara sepintas sebetulnya sudah menunjukkan kontribusi umat islam sejak awal masa Islam terhadap akuntansi, yaitu teknik pembukuan itu sendiri. Disamping teknik pembukuan dimana akuntansi modern berkembang dengan basis sistem tata-buku berpasanagan (double entry book-keeping system) juga pengenalan angka arab-hindu, ilmu aljabar (matematika), dan sistem perdagangan merupakan faktor pemberi kontribusi  terbesar bagi berkembangnya akuntansi modern saat ini.

      c.       Sistem Ekonomi Kapitalis
Tidak dapat dipungkiri geliat kapitalisme telah merambah dan menjerat setiap penjuru dan sudut kehidupan manausia. Gerak pikir dan perilaku kita secra sadar atau tidak berada dalam pangkuan pengaruh  kapitalisme ini. Kekuatan yang besar ini nyata, atau samar, mengeksploitasi kehidupan manusia dan alam semesta secara otomatis. Akuntansi modern juga tidak terlepas dari pengaruh ini. Pemikiran-pemikiran islam dan akuntansi syariah, misalnya merupakan pemicu untuk melakukan perubahan dan pembebasan.

     

d.      Perkembangan Pemikiran
Sejak tiga dekade terakhir ini, umat islam mulai menunjukkan geliat kehidupannya dari sudut jendela ilmu pengetahuan. Ismail Al-Faruqi, misalnya leawat islamisasi ilmu pengetahuannya seolah menggoyang tidur lelapnya umat islam untuk bangun mengonstruksi ilmu pengetahuan berdasarkan jiwa tauhid. Instrumen penyebar ide islamisasi ilmu pengetahuan ini telah didirikan di Herndon : Amerika Serikat, yang dikenal dengan anam international institute of islamic thught (IIIT).  Lembaga ini akhirnya menyebar keberbagai negara islam lainnya, seperti : Pakistan, Arab Saudi, Iran, Malaysia, dan Indonesia. Di Indonesia lembaga ini didirikan sebagai cabang yang independen dengan anama international institute of islamic Tought-Indonesia (IIIT-I) pada November 1999 yang lalu.
IIIT melakukan islamisasi terhadap ilmu pengetahuan sosial, seperti : antropologi, ekonomi, psikologi, sosiologi, dan lainnya. Di Indonesia IIIT-I memfokuskan diri pada konstruksi dan pengembangan Ekonomi Islam. Sementara, sampai saat ini wacana ekonomi islam yang telah turunp pada dunia empiris adalah lembaga keuangan (bank syariah, baitul mal wa tamwil), asuransi islam (takaful), dan reksadana syariah.























BAB III
PENUTUP

Akuntansi Syariah dan Epistimologi Islam
Kerangka konseptual akuntansi syariah sebagaimana telah dikemukakan di atas dirumuskan menggunakan pendekatan epistimologi Islam. Epistimologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membahas teori ilmu pengetahuan, secara harfiah epistimologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan (Suria Sumantri, 1991). Dalam lingkup filsafat ilmu, epistimologi mengandung pengertian sebagai metode memperoleh pengetahuan agar memiliki karakteristik, kebenaran, dan nilai-nilai tertentu sebagai ilmu (Chalmers, 1991).
Pendekatan Perumusan Teori Akuntansi
Metodologi yang biasa digunakan untuk perumusan suatu teori akuntansi, pada dasarnya adalah metodologi deskriptif. Dengan kata lain menurut pandangan ini, teori akuntansi merupakan suatu usaha coba-coba untuk membenarkan apa yang tersusun melalui praktik akuntansi. Suatu teori seperti ini dinamakan Akuntansi Deskriptif atau suatu Teori Akuntansi Deskriptif. Pendekatan teori akuntansi deskriptif telah dikecam oleh para pendukung metodologi normative yang melahirkan teori akuntansi normative. Teori akuntansi normatif berusaha membenarkan apa yang seharusnya benar, daripada membenarkan apa yang benar.
Dengan penjelasan sebagai berikut:
a.       Pendekatan Non-Teoritis
b.      Pendekatan Deduktif
c.       Pendekatan Induktif
d.      Pendekatan Etis
e.       Pendekatan Sosiologis
f.       Pendekatan Ekonomi

Pendekatan yang Digunakan dalam Studi Ini:
a.       Tahap deskriptif
b.      Tahap evaluatif
c.       Metode pengumpulan data
Kondisi objektif lahirnya paradigma akuntansi-syariah
Lahirnya akuntansi syariah sekaligus sebagai paradigma baru sangat terkait dengan kondisi objektif yang melingkupi umat islam secara khusus dan masyarakat dunia secara umum. Kondisi tersebut meliputi : norma agama, kontribusi umat islam pada masa lalu, sistem ekonomi kapitalis yang berlaku saat ini, dan perkembangan pemikiran.
a.       Norma Agama
b.      Kontribusi Umat Islam
c.       Sistem Ekonomi Kapitalis
d.      Perkembangan Pemikiran













DAFTAR PUSTAKA

http://imanph.wordpress.com
Muhammad. 2013. Akuntansi Syariah. STIM YKPN. Yogyakarta
http://novitahanumsiregar.blogspot.com



0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Aan Blog © 2008 Template by:
SkinCorner