KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah swt, karena atas berkat petunjuk-Nyalah makalah
Pendekatan Perumusan Akuntansi Islam ini dapat terselesaikan.
Tak
ada gading yang tak retak, demikian pula saya menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya kritik dan saran konstruktif dari
berbagai pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga
makalah ini bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Metro, 10
oktober 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar.............................................................................................
1
Daftar Isi......................................................................................................
2
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.............................................................................
3
B. Rumusan
Masalah.........................................................................
3
C. Tujuan
Penulisan...........................................................................
4
D. Manfaat
Penulisan........................................................................
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akuntansi
Syariah dan Epistimologi Islam..................................
5
B. Pendekatan
Perumusan Teori Akuntansi......................................
7
C. Kondisi objektif lahirnya paradigma akuntansi-syariah............. 17
BAB
III PENUTUP..................................................................................
20
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................
22
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akuntansi
berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Sejarah perkembangan
pemikiran akuntansi dibagi dalam tiga periode: tahun 4000 SM – 1300 M, Tahun
1300 – 1850 M, dan tahun 1850 M sampai sekarang. Masing-masing periode memberi
kontribusi yang berarti bagi ilmu akuntansi.
Perkembangan
teknologi yang luar biasa juga berdampak pada perubahan ilmu akuntansi modern
Pengguna akuntansi juga bervariasi, dari yang sekedar memahami akuntansi
sebagai alat hitung menghitung dan sumber informasi dalam pengambilan keputusan
Teori
akuntansi di kembangkan dan di saring lewat sebuah proses riset akuntansi.
Hasil riset pertama dari akuntan pendidik, dan pihak lain dari organisasi
pembuatan kebijakan, kantor akuntan publik, dan sektor industri swasta yang
ikut berperan penting dalam peran proses riset akuntansi. Standar dan
pernyataan dan ketetapan yang di hasilkan oleh organisasi pembuat kebijakan akan di interprestasikan
dan di terapkan dalam praktek pada tingkat organisasi.
B. Fokus/Rumusan Masalah
Agar
pembahasan memahami tentang pendekatan perumusan akuntansi islam ini lebih
sistematis, maka yang menjadi fokus/rumusan masalah dalam karya tulis ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa itu Akuntansi Syariah dan
Epistimologi Islam?
2. Apa itu Pendekatan Perumusan Teori
Akuntansi?
3. Apa itu Kondisi Objektif Lahirnya Paradigma Akuntansi-Syariah?
C. Tujuan
Tujuan
dari karya tulis ini adalah:
1. Menjelaskan tentang Akuntansi Syariah dan
Epistimologi Islam
2. Menjelaskan tentang Pendekatan
Perumusan Teori Akuntansi
3. Menjelaskan tentang Kondisi Objektif Lahirnya Paradigma
Akuntansi-Syariah.
D. Manfaat
Karya
tulis ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang
membutuhkan. Manfaat tersebut meliputi:
1. Manfaat teoritis
Karya
tulis ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan guna memperkaya
wawasan tentang pendekatan perumusan akuntansi islam.
2. Manfaat praktis
Karya
tulis ini diharapkan dapat dijadikan acuan/pedoman tambahan dalam praktik
manajemen keuangan dalam suatu organisasi atau perusahaan, di samping pedoman
yang telah ada dan diaplikasikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Akuntansi Syariah dan
Epistimologi Islam
Kerangka
konseptual akuntansi syariah sebagaimana telah dikemukakan di atas dirumuskan
menggunakan pendekatan epistimologi Islam. Epistimologi adalah cabang filsafat
yang secara khusus membahas teori ilmu pengetahuan, secara harfiah epistimologi
berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan (Suria Sumantri,
1991). Dalam lingkup filsafat ilmu, epistimologi mengandung pengertian sebagai
metode memperoleh pengetahuan agar memiliki karakteristik, kebenaran, dan nilai-nilai
tertentu sebagai ilmu (Chalmers, 1991).
Dalam konteks epistimologi sebagai metode memperoleh pengetahuan ilmu, epistimologi Islam diperlukan guna memperoleh pengetahuan yang diharapkan memiliki karakteristik, kebenaran dan nilai-nilai Islami. Epistimologi Islam adalah metode memperoleh pengetahuan ilmu yang Islami melalui proses penalaran yang sistematis, logis dan sangat mendalam menggunakan “ijtihad” yang dibangun atas kesadaran sebagai khalifatullah fii-ardl (lihat Syafi’i, 2000 dan Triyuwono, 2000).
Prinsip dasar paradigma syariah merupakan multi paradigma yang holistic, mencakup keseluruhan dimensi wilayah mikro dan makro dalam kehidupan manusia yang saling terkait. Pertama, dimensi mikro prinsip dasar paradigma syariah adalah individu yang beriman kepada Allah SWT (tauhid) serta mentaati segala aturan dan larangan yang tertuang dalam Al-Qur’an,Al Hadits, Fiqh, dan hasil ijtihad. Landasan tauhid diperlukan untuk mencapai tujuan syariah yaitu menciptakan keadilan sosial (al a’dl dan al ihsan) serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Pencapaian tujuan syariah tersebut dilakukan menggunakan etika dan motal iman (faith), taqwa (piety), kebaikan (righteoneus/birr), ibadah (worship), tanggungjawab (responsibility/fardh), usaha (free will/ikhtiyar), hubungan dengan Allah dan manusia (Habluminallah dan Habluminannas), serta barokah (blessing).
Kedua, dimensi makro prinsip syariah adalah meliputi wilayah politik,ekonomi dan sosial. Dalam dimensi politik, menjunjung tinggi musyawarah dan kerjasama. Sedangkan dalam dimensi ekonomi, melakukan usaha halal, mematuhi larangan bunga, dan memenuhi kewajiban zakat. Selanjutnya dalam dimensi sosial yaitu mengutamakan kepentingan umum dan amanah.
Dalam kerangka konseptual akuntansi syariah tersebut di atas, dinyatakan bahwa tujuan diselenggarakannya akuntansi syariah adalah mencapai keadilan sosial-ekonomi; dan sebagai sarana ibadah memenuhi kewajiban kepada Allah SWT, lingkungan dan individu melalui keterlibatan institusi dalam kegiatan ekonomi. Produk akhir teknik akuntansi syariah adalah informasi akuntansi yang akurat untuk menghitung zakat dan pertanggungjawaban kepada Allah SWT dengan berlandaskan moral, iman dan taqwa.
Dengan demikian dalam hal akuntansi syariah sebagai alat pertanggungjawaban, diwakili informasi akuntansi syariah dalam bentuk laporan keuangan yang sesuai dengan syariah yaitu mematuhi prinsip full disclousure. Laporan keuangan akuntansi syariah tidak lagi berorientasi pada maksimasi laba, akan tetapi membawa pesan modal dalam menstimuli perilaku etis dan adil terhadap semua pihak. Jenis laporan keuangan akuntansi syariah yang memenuhi criteria ini menurut Harahap (2000) meliputi”
Neraca, yang menyajikan pula Laporan Sumberdaya Manusia. Laporan Nilai Tambah (Value Added Reporting) yang menyajikan semua hasil yang diperoleh perusahaan darikontribusi semua pihak yang terkait dengan entitas, dan kemudian mendistribusikannya secara adil. Laporan Arus Kas (Cash Flow). Laporan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Socio Economy Accounting Reporting). Catatan atas Laporan Keuangan, mengenai implementasi syariah misalnya zakat, infaq, shodaqoh, transaksi haram, dan laporan dewan syariah. Melaporkan good governance, mengenai produksi, efisiensi, produktivitas, dan laporan lainnya yang relevan.
Dalam konteks epistimologi sebagai metode memperoleh pengetahuan ilmu, epistimologi Islam diperlukan guna memperoleh pengetahuan yang diharapkan memiliki karakteristik, kebenaran dan nilai-nilai Islami. Epistimologi Islam adalah metode memperoleh pengetahuan ilmu yang Islami melalui proses penalaran yang sistematis, logis dan sangat mendalam menggunakan “ijtihad” yang dibangun atas kesadaran sebagai khalifatullah fii-ardl (lihat Syafi’i, 2000 dan Triyuwono, 2000).
Prinsip dasar paradigma syariah merupakan multi paradigma yang holistic, mencakup keseluruhan dimensi wilayah mikro dan makro dalam kehidupan manusia yang saling terkait. Pertama, dimensi mikro prinsip dasar paradigma syariah adalah individu yang beriman kepada Allah SWT (tauhid) serta mentaati segala aturan dan larangan yang tertuang dalam Al-Qur’an,Al Hadits, Fiqh, dan hasil ijtihad. Landasan tauhid diperlukan untuk mencapai tujuan syariah yaitu menciptakan keadilan sosial (al a’dl dan al ihsan) serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Pencapaian tujuan syariah tersebut dilakukan menggunakan etika dan motal iman (faith), taqwa (piety), kebaikan (righteoneus/birr), ibadah (worship), tanggungjawab (responsibility/fardh), usaha (free will/ikhtiyar), hubungan dengan Allah dan manusia (Habluminallah dan Habluminannas), serta barokah (blessing).
Kedua, dimensi makro prinsip syariah adalah meliputi wilayah politik,ekonomi dan sosial. Dalam dimensi politik, menjunjung tinggi musyawarah dan kerjasama. Sedangkan dalam dimensi ekonomi, melakukan usaha halal, mematuhi larangan bunga, dan memenuhi kewajiban zakat. Selanjutnya dalam dimensi sosial yaitu mengutamakan kepentingan umum dan amanah.
Dalam kerangka konseptual akuntansi syariah tersebut di atas, dinyatakan bahwa tujuan diselenggarakannya akuntansi syariah adalah mencapai keadilan sosial-ekonomi; dan sebagai sarana ibadah memenuhi kewajiban kepada Allah SWT, lingkungan dan individu melalui keterlibatan institusi dalam kegiatan ekonomi. Produk akhir teknik akuntansi syariah adalah informasi akuntansi yang akurat untuk menghitung zakat dan pertanggungjawaban kepada Allah SWT dengan berlandaskan moral, iman dan taqwa.
Dengan demikian dalam hal akuntansi syariah sebagai alat pertanggungjawaban, diwakili informasi akuntansi syariah dalam bentuk laporan keuangan yang sesuai dengan syariah yaitu mematuhi prinsip full disclousure. Laporan keuangan akuntansi syariah tidak lagi berorientasi pada maksimasi laba, akan tetapi membawa pesan modal dalam menstimuli perilaku etis dan adil terhadap semua pihak. Jenis laporan keuangan akuntansi syariah yang memenuhi criteria ini menurut Harahap (2000) meliputi”
Neraca, yang menyajikan pula Laporan Sumberdaya Manusia. Laporan Nilai Tambah (Value Added Reporting) yang menyajikan semua hasil yang diperoleh perusahaan darikontribusi semua pihak yang terkait dengan entitas, dan kemudian mendistribusikannya secara adil. Laporan Arus Kas (Cash Flow). Laporan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Socio Economy Accounting Reporting). Catatan atas Laporan Keuangan, mengenai implementasi syariah misalnya zakat, infaq, shodaqoh, transaksi haram, dan laporan dewan syariah. Melaporkan good governance, mengenai produksi, efisiensi, produktivitas, dan laporan lainnya yang relevan.
B. Pendekatan Perumusan Teori Akuntansi
Metodologi
yang biasa digunakan untuk perumusan suatu teori akuntansi, pada dasarnya
adalah metodologi deskriptif. Dengan kata lain menurut pandangan ini, teori
akuntansi merupakan suatu usaha coba-coba untuk membenarkan apa yang tersusun
melalui praktik akuntansi. Suatu teori seperti ini dinamakan Akuntansi
Deskriptif atau suatu Teori Akuntansi Deskriptif. Pendekatan teori akuntansi
deskriptif telah dikecam oleh para pendukung metodologi normative yang
melahirkan teori akuntansi normative. Teori akuntansi normatif berusaha
membenarkan apa yang seharusnya benar, daripada membenarkan apa yang benar.
Perbedaan
antara dua orientasi tersebut, yakni : Kesatu, disebut Akuntansi Operasionil.
Akuntansi Operaisonal diarahkan pada penyajian informasi yang berguna bagi
keputusan manajemen dan investor, khususnya keputusan yang menyangkut alokasi
sumberdaya. Kedua, disebut Akuntansi Hak Pemilikan, diarahkan pada penyesuaian
hak milik para pemegang saham dan pihak lain yang berpekentingan baik yang
berada di dalam ataupun di luar suatu organisasi agar dapat mencapai suatu
keadilan dalam bagian hasial atau keuntungan operasi.
Diantara
teori akuntansi yang termasuk dalam kelompok pendekatan normative ada beberapa
studi yang dilakukan di antaranya dilakukan oleh Moonitz, Sprouse dan Moonitz,
The American Accounting Association’s A Statement of Basic Accounting Theory,
teori karya Edwards dan Bell, serta The Study by Chambers. Suatu review yang
baik mengenai metodologi deskriptif dan normative serta teori-teori yang
dihasilkan, ditemukan oleh Mc Donald dan The AAA’s Statement on Accounting
Theory and Theory Acceptancen. Sekalipun tidak ada suatu teor akuntansi yang
komprehensip, namun ada berbagai teori akuntansi dalam kategori cukup baik. Hal
ini diakibatkan karena pemakaian pendekatan yang berbeda. Beberapa pendekatan
tradisionil ini telah dapat diterima lebih tinggi dibanding pendekatan baru.
Beberapa pendekatan tradisionil adalah:
Non-teoritis,
praktis atau pragmatis (tak formil)
Teoritis
a. Deduktif
b. Induktif
c. Etis
d. Sosiologis
e. Ekonomis
f. Memilih-milih dari berbagai sumber
Dengan penjelasan
sebagai berikut:
Pendekatan Non-Teoritis
Pendekatan
non-teoritis adalah suatu pendekatan pragmatis (atau praktis) atau suatu
pendekatan otoriter. Pendekatan pragmatis adalah pembentukan suatu teori yang
berciri khas sesuai dengan praktik senyatanya, dan pembentukan teori tersebut
mempunyai kegunaan ditinjau dari segi cara penyelesaiannya yang praktis
sebagaimana yang diusulkan. Pendekatan otoriter adalah perumusan suatu teori
akuntansi, yang umumnya digunakan oleh organisasi professional, dengan
menerbitkan pernyataan sebagai peraturan praktik akuntansi.
Pemakian
kegunaan atau faedah sebagai suatu kriteria pemilihan prinsip akuntansi
menghubungkan pembentukan teori akuntansi pada praktik akuntansi, yang dapat
menjelaskan kekuranggairahan yang disebabkan oleh pendekatan pragmatis. Kita
boleh juga memikirkan pendekatan pragmatis sambil memasukan suatu teori
rekening. Pendekatan ini, yang bertumpu pada suatu rasionalisasi tata buku
berpasangan, dimuat dalam Fra Luca Paciolo’s Summa de Aritmetica Gemoetical
Proportioni et Proportinalita, diterbitkan di Venice pada tahun 1494. Walaupun
the Summa merupakan suatu review buku teknologi matematis yang berlaku waktu
itu, namun memasukkan 36 bab pendek mengenai tata buku, yang disebut De
Computis et Scripturis (of Reckonings and Writing).
Teori
pendekatan rekening merasionalkan pemilihan teknik akuntansi atas dasar
persamaan akuntansi, yakni persamaan neraca dan persamaan keuntungan akuntansi.
Persamaan neraca biasanya dinyatakan sebagai:
Aktiva = Utang + Modal
Pemilik
Persamaan keuntungan
akuntansi biasanya dinyatakan sebagai:
Keuntungan akuntansi =
Penghasilan- Biaya
Dua
persamaan menurut teori pendekatan rekening ini mengarahkan pada pengembangan
dua posisi yakni satu posisi yang berorientasi pada neraca dan satu posisi yang
berorientasi pada keuntungan. Bagaimanapun juga, teori pendekatan rekening
seperti pendekatan pragmatis dan otoriter.
Pendekatan Deduktif
Pendekatan
deduktif adalah pendekatan yang digunakan dalam membentuk teori yang dimulai
dari dalil-dalil dasar dan tindakan-tindakan dasar untuk mendapatkan kesimpulan
logis tentang pokok persoalan yang sedang dipertimbangkan.
Pendekatan
ini berjalan dari umum (dalil dasar tentang lingkungan akuntansi) kekhusus
(pertama ke prinsip akuntansi, dan kedua pada teknik akuntansi). Apabila pada
saat ini kita beranggapan, bahwa dalil dasar tentang lingkungan akuntansi
terdiri dari tujuan dan pernyataan, maka langkah yang digunakan bagi pendekatan
deduktif akan meliputi sebagai berikut:
Menetapkan “tujuan”
laporan keuangan
Memilih “aksioma”
akuntansi
Memperoleh “prinsip”
akutnansi
Mengembangkan “teknik”
akuntansi.
Oleh
karena itu, menurut teori akuntansi yang diperoleh secara deduktif, teknik ini
berkaitan dengan prinsip dan aksioma serta tujuan menurut suatu cara yang
sedemikian rupa sehingga apabila prinsip dan oksioma serta tujuannya benar,
maka tekniknya pun harus menjadi benar. Struktur teoritis akuntansi ditetapkan
menurut rangkaian tujuan, aksioma, prinsip, teknik yang bertumpu pada suatu
perumusan tepat terhadap suatu teori yang dihasilkan. Menurut Popper, pengujian
teori deduktif dapat dilaksanakan sepanjang empat hal: Pertama ada perbandingan
logis diantara kesimpulan itu sendiri, sehingga konsistensi intern sistem
teruji. Kedua, ada pemeriksaan bentuk logis teori dengan maksud menentukan
apakah teori tersebut berkarakter sebagai suatu teori empiris ataukah teori
ilmiah, dan ataukah merupakan suatu teori yang bersifat mengulang-ulang saja
tanpa memberi penjelasan tambahan. Ketiga, ada perbandingan dengan teori lain,
terutama dengan maksud menentukan apakah teori akan membuat suatu kemajuan ilmu
pengetahuan yang berarti akan mempertahankan dan meneruskan berbagai pengujian
kita, dan akhirnya, ada pengujian teori melalui penerapan empiris beberapa
kesimpulan yang dapat diperolehnya darinya.
Langkah
terakhir diperlukan untuk menentukan bagaimana teori memenuhi tuntutan praktik.
Pendekatan Induktif
Pendekatan
induktif terhadap pembentukan suatu teori dimulai dari pengamatan dan
pengukuran dan menuju kearah kesimpulan yang digeneralisir. Apabila diterapkan
pada akuntansi, maka pendekatan induktif dimulai dari pengamatan informasi
keuangan perusahaan, dan hasilnya untuk disimpulkan, atas dasar hubungan
kejadian, kesimpulan dan prinsip akuntansi. Penjelasan-penjelasan deduktif
dikatakan berjalan dari khusus kearah umum. Pendekatan induktif pada suatu
teori melibatkan empat tahap:
Pengamatan,
dan pencatatan seluruh pengamatan
Analisis
dan pengklasifikasian pengamatan tersebut untuk mencari hubungan yang
berulangkali yakni hubungan yang sama dan serupa
Pengambilan
generalisasi dan prinsip akuntansi induktif dari pengamatan tersebut yang
menggambarkan hubungan yang berulang kali terjadi
Pengujian generalisasi
Tidak
seperti halnya dengan masalah pengambilan secara deduksi, kebenaran atau
kepalsuan dalil tidak tergantung pada dalil lain tetapi harus dibuktikan secara
empiris. Demikian pula, dapat dikatakan bahwa dalil akuntansi hasil penarikan
kesimpulan secara induktif menunjukkan teknik akuntansi khusus yang memiliki
probabilitas hampir tinggi.
Beberapa
penulis akuntansi bersandar kepada pengamatan praktik akuntansi dalam
mengusulkan suatu kerangka teori akutnasi. Tujuan yang mendasari sebagian besar
para pemikir ini adalah merasionalisasikan praktik akuntansi untuk menarik
kesimpulan secara teoritis serta abstrak. Pembelaan terbaik terhadap pendekatan
induktif diberikan oleh usaha Ijiri yang menggeneralisir tujuan yang implisit
dalam praktik akuntansi yang berlaku dan mempertahankan pemakaian harga pokok
histories. Ijiri menyatakan: Bentuk pemikiran induktif untuk mencapai tujuan
yang implisit dalam perilaku suatu sistem yang ada tidak bermaksud untuk
mempertahankan status quo. Tujuan penggunaannya adalah untuk menyoroti di mana
perubahan-perubahan itu sangat diperlukan dan dimana perubahan itu dimungkinkan
terjadi. Perubahan memberi kesan sebagai suatu kesempatan lebih baik untuk
dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Pengandaian tujuan kedalam model-model
normative atau tujuan yang dilanjutkan dalam pembahasan kebijaksanaan
semata-mata sering kali dinyatakan atas dasar keyakinan dan preferensi
seseorang, daripada berdasarkan penyelidikan induktif terhadap sistem yang ada.
Ini kemungkinan dapat menjadi alasan yang lebih penting mengapa demikan banyak
model normatif atau usul kebijaksanaan normatif tidak dilaksanakan dalam
praktik. Perumusan dalil sering kali dilakukan dengan pemikiran induktif, dalil
umum dirumuskan melalui suatu proses induktif, sementara prinsip dan teknik
diperoleh melalui suatu proses deduktif. Itu menegaskan bahwa logika induktif
dapat mensyaratkan pemikiran atau logika induktif.
Pendekatan Etis
Inti
dasar pendekatan etis adalah terdiri atas konsep-konsep keadilan, kejujuran,
dan kebenaran serta kewajaran. Para akuntan menganggap konsep tersebut
mempunyai arti yang sama. Sebaliknya, hanya merasakan bahwa justive dan
fairness sebagai norma etis, dan memandang truth sebagai suatu pernyataan
nilai. Konsep “fairness” (kewajaran). Kewajaran sebagai suatu norma dasar yang
dipergunakan untuk penilaian norma lain, karena merupakan satu-satunya yang
menunjukkan “pertimbangan etis”.
Spavek
satu langkah lebih maju dalam rangka menegaskan keunggulan konsep kewajaran:
Suatu pembahasan tentang aktiva, utang, penghasilan, dan biaya belumlah saatnya
dan tidak gunanya sebelum menentukan prinsip dasar yang akan menghasilkan suatu
penyajian data yang wajar dalam bentuk akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Kewajaran akuntansi dan laporan ini harus ada dan untuk masyarakat, dan
masyarakat tersebut mewakili berbagai golongan masyarakat kita.
Apapun
pengertian yang dikandungnya, kewajaran telah menjadi salah satu dari tujuan
dasar akuntansi. The Committeee on Auditing Procedures menunjuk kriteria
“kewajaran penyajian” sebagai (1) kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang
diterima umum, (2) keterungkapan, (3) konsisten, (4) dapat dipertimbangkan.
Dalam sebuah laporan pemeriksaan tanpa kualifikasi, auditor tidak hanya
menyatakan bahwa telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum dan
norma pemeriksaan yang telah diterima umum akan tetapi juga menyatakan suatu
pendapat dengan kata “menyajikan secara wajar”. Kewajaran merupakan suatu
tujuan yang diperlukan sekali dalam pembentukan suatu teori akuntansi apabila
apa pun yang dipaksakan pada dasarnya dapat dibuktikan secara logis atau secara
empiris dan apabila dioperasionalkan melalui suatu definisi yang memadai dan
melalui pengenalan sifat-sifatnya.
Pendekatan Sosiologis
Pendekatan
sosiologis perumusan suatu teori akuntansi menekankan pengaruh sosial terhadap
teknik akuntansi. Pendekatan ini merupakan suatu pendekata etis yang memusatkan
pada suatu konsep kewajaran yang lebih luas, yakni kesejahteraan sosial.
Menurut pendekatan sosiologis suatu prinsip atau teknik akuntansi tertentu akan
dinilai akseptasinya atas dasar pengaruh pelaporannya terhadap seluruh golongan
masyarakat.
Penerapan
pendekatan sosiologis yang tepat terhadap pembentukan teori akuntansi
kemungkinan sulit diketemukan. Oleh karena adanya kesulitan-kesulitan dan
penentuan informasi yang diperlukan rakyat tersebut yang membuat pertimbangan
kesejahteraan. Pendekatan sosiologis dalam perumusan teori akuntansi telah
membantu evolusi suatu cabang akuntansi baru, yang disebut Akuntansi
Sosioekonomi. Tujuan utama sosioekonomi adalah mendorong badan usaha berfungsi
dalam suatu sistem pasar bebas untuk mempertangggungjawabkan aktivitas
produksinya sendiri terhadap lingkungan sosial melalui pengukuran,
internalisasi dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Pendekatan Ekonomi
Pendekatan
ekonomi terhadap suatu teori akuntansi menitikberatkan pengendalian perilaku
indikator makro ekonomi yang diakibatkan oleh pemakaian berbagai teknik
akuntansi. Sementara pendekatan etis memfokuskan pada suatu konsep “kewajaran”
dan pendekatan sosiologis memfokuskan pada suatu konsep “kesejahteraan sosial”,
pendekatan ekonomi memfokuskan pada suatu konsep “kesejahteraan ekonomi umum”.
Kriteria umum yang digunakan oleh pendekatan makro ekonomi adalah (1)
kebijaksanaan dan teknik akuntansi harus mencerminkan “realitas ekonomi”, dan
(2) pemilihan teknik akuntansi harus tergantung kepada “konsekuensi ekonomi”.
“Realitas ekonomi” dan “konsekuensi ekonomi” merupakan istilah yang telah
sekali untuk digunakan di dalam menunjukkan keuntungan pendekatan makro
ekonomi.
Pemerintah
memperjuangkan pemakaian metode penanggulangan atas dasar alasan bahwa metode
tersebut memperlemah pengaruh insenti suatu alat kebijaksanaan fiskal. Oleh karena
itu, dalam rangka penentuan norma akuntansi, pertimbangan-pertumbangan yang
dinyatakan oleh pendekatan ekonomi lebih bersifat ekonomis daripada
operasional.
Pendekatan
yang Digunakan dalam Studi Ini
Berpijak
pada urgensi dan kegunaan penelitian ini, maka upaya rasional, penentuan
kebenaran hakekat dan eksistensi akuntansi tersebut perlu diteliti dengan
metode penelitian yang tepat. Ketepatan metode penelitian tersebut akan
tercermin pada tahap-tahap penelitian yang dilalui.
Buku
ini ditulis untuk menemukan rasionalitas dan kebenaran hakikat, pengetahuan dan
praktik akuntansi, maka kajian teori kritis akan digunakan, yang penerapannya
dilakukan melalui dua tahapan, yaitu: tahap deskriptif dan tahap evaluatif /
kritik. Kedua tahap kajian ini masing-masing menggunakan metode yang berbeda,
sesuai dengan esensi permasalahan penelitian ini.
a) Tahap deskriptif
Tahap
deskriptif adalah tahap penyajian data yang didasarkan pada perubahan-perubahan
yang terjadi dalam masyarakat. Tahap deskriptif adalah tahap untuk mengetahui
hakikat sesuatu. Untuk itu, kajian selanjutnya akan dikombinasikan dengan
kerangka dasar filsafat ilmu. Ontologi menyangkut tentang hakikat apa yang
dikaji atau science of being qua being”. Epistimologi adalah berkaitan dengan
bagaimana cara ilmu pengetahuan melakukan pengkajian dan menyusun tubuh
pengetahuannya atau studi filsafat yang membahas ruang lingkup dan batas-batas
pengetauan. Metodologi digunakan untuk menguji metode-metode yang digunakan
atau yang akan digunakan untuk menghasilkan pengetahuan yang valid. Sementara
aksiologi adalah tiang penyangga filsafat ilmu yang berkaitan dengan kegunaan
ilmu yang telah tersusun itu dipergunakan atau theory of value.
Berdasarkan
tiga sisi tersebut selanjutnya dapat dilakukan analisis terhadap esensi ilmu
pengetahuan. Akuntansi akan memberikan informasi yang sangat dibutuhkan
manajemen dalam melaksanakan fungsi-fungsinya, yaitu: perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Fungsi-fungsi tersebut merupakan
fenomena yang akan menjadi kajian keilmuan terutama yang berkaitan dengan
hakikat dari sudut pandang syari’ah Islam.
b) Tahap evaluatif
Metode
yang digunakan pada tahap evaluatif adalah metode analitik kritis-rasional.
Metode ini diterapkan mengingat pada tahap ini dilakukan upaya membandingkan
konsep akuntansi Barat dengan konsep Akuntansi Syariah. Seperti halnya dalam
upaya mengkaji atau membangun teori sosial, termasuk teori akuntansi, maka
proses berfikir analisis: kritis dan rasional sangat dituntut. Dalam penelitian
akuntansi pendekatan kritis (critical studies) merupakan salah satu pendekatan
yang disarankan untuk diterapkan. Banyak istilah yang disarankan, sebagaimana
diungkapkan oleh Lodh, bahwa: “There are many labels for ‘critical accounting’
or ‘critical studies in accounting research”. Sebagai contoh, Macintosh
menggunakan istilah critical accounting movement, Cooper & Hopper
menggunakan istilah critical accounting walaupun sebelumnya mereka menggunakan
istilah critical studies. Sementara Neimark and Tinker memakai istilah critical
accounting literature. Kemudian Laughlin menggunakan istilah critical theory
yang digunakan untuk memaknai istilah critical sosial theory khususnya teori
kritis yang berasal dari German.
Istilah-istilah
yang disampaikan di atas, mengandung perbedaan terminology jika akan diterapkan
pada kajian teori akuntansi dan penelitian akuntansi. Melalui pendekatan
critical theory kita akan melihat suatu teori itu bukan saja terletak pada
upaya menempatkan ideologi sebagai ‘bentuk pemikiran’ akan tetapi juga akan
mencoba mengkaji tentang bagaimana kondisi sosial, seperti sistem akuntansi
yang dikembangkan oleh kaum kapitals, terpenuhinya kepuasan kebutuhan hidup,
dan kebebasan diri dari kondisi sosial masyarakat yang rentan.
c) Metode pengumpulan data
Sesuai
dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, maka data yang digunakan
adalah berupa pernyataan-pernyataan ahli yang relevan. Dengan demikian teknik
pengambilan sampel data adalah dengan purposive sampling/data, yang selanjutnya
didukung dengan teknik analisis is (content analysis). Teknik ini menurut
Bogdan dan Biklen (1982) yang dikutip Syafi’ie dimaksudkan untuk pengambilan
sampel internal (internal sampling). Internal sampling yaitu keputusan yang
diambil begitu peneliti memiliki suatu pikiran umum tentang jumlah dokumen
serta macamnya yang akan dikaji, dengan siapa akan berbicara dan kapan akan
melakukan observasi.
Penggalian
data primer mula-mula dilakukan dengan mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan
dengan istilah perhitungan (hisab), keseimbangan, pertanggungjawaban, kemudian
membuat outline dalam rangka menentukan ayat-ayat yang secara langsung
berkaitan dengan ayat-ayat yang tidak secara langsung mengungkap tentang hisab,
yang dalam penggaliannya menggunakan teknik dokumentasi murni. Sedangkan untuk
mengumpulkan data sekunder dilakukan dengan mencari pokok-pokok pikiran yang
ditulis oleh pemikir atau ilmuwan yang telah ditulis dalam rangka menemukan
esensi tentang konsep akuntansi. Dalam penelitian kualitatif, pada tahap analisis
setidak-tidaknya ada tiga komponen pokok yang harus disadari oleh peneliti,
yaitu : data reduction, data display dan conclusion drawing (Miles &
Huberman, 1984: Sutopo, 1988). Tiga komponen tersebut saling berhubungan dengan
dan saling mendukung. Sehubungan dengan permasalahan akuntansi maka Gaffikin
menyarankan empat tahapan yang harus dilalui oleh peneliti dalam menerapkan
metodologi analisis. Keempat tahapan tersebut adalah: logical, environmental,
ideological, dan linguistic. Masing-masing tahapan tersebut saling berkaitan
erat satu dengan yang lain. Oleh karena itu, keberhasilan konstruksi teori ini
akan menemukan kecocokan kriteria pada semua bidang.
C. Kondisi objektif lahirnya
paradigma akuntansi-syariah
Lahirnya akuntansi syariah sekaligus sebagai paradigma baru sangat terkait
dengan kondisi objektif yang melingkupi umat islam secara khusus dan masyarakat
dunia secara umum. Kondisi tersebut meliputi : norma agama, kontribusi umat
islam pada masa lalu, sistem ekonomi kapitalis yang berlaku saat ini, dan
perkembangan pemikiran.
a.
Norma Agama
Ajaran normatif agama sejak awal
keberadaaan islam telah memberikan persuasi normatif bagi para pemeluknya untuk
melakukan pencatatan atas segala transaksi dengan benar dan adil sebagaimana
yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Al-Baqarah : 282
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya,
maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah yang berutang itu mengimlakkan (apa
yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Rabbnya, dan
janganlah ia mengurangi sedikitpun dari pada utangnya... (QS. Al-Baqarah: 282)
Ayat inilah yang sebenarnya
memberikan dorongan kuat kepada kaum muslim untuk menggunakan akuntansi
dalam setiap bisnis dan transaksi yang dilakukannya. Disamping itu juga ada
ayat-ayat lain yang sangat kondusif bagi mereka untuk melakukan pencatatan,
yaitu ayat-ayat tentang kewajiban membayar zakat. Ayat tersebut diantaranya
adalah :
Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensuciksn mereka, dan berdoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi
mereka.dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui. (QS. At-
Taubah: 103).
Ayat-ayat tersebut sangat
berpengaruh terhadap cara berbisnis dan berprilaku umat islam dalam dunia
nyata. Ayat tersebut tidak sekedar norma, tetapi adalah praktik yang bisa
“membumi” dalam bentuk perilaku kehidupan manusia.
b.
Kontribusi
Umat Islam
Sepintas deskripsi diatas secara
sepintas sebetulnya sudah menunjukkan kontribusi umat islam sejak awal masa
Islam terhadap akuntansi, yaitu teknik pembukuan itu sendiri. Disamping teknik
pembukuan dimana akuntansi modern berkembang dengan basis sistem tata-buku
berpasanagan (double entry book-keeping system) juga pengenalan angka
arab-hindu, ilmu aljabar (matematika), dan sistem perdagangan merupakan faktor
pemberi kontribusi terbesar bagi berkembangnya akuntansi modern saat ini.
c.
Sistem
Ekonomi Kapitalis
Tidak dapat dipungkiri geliat
kapitalisme telah merambah dan menjerat setiap penjuru dan sudut kehidupan
manausia. Gerak pikir dan perilaku kita secra sadar atau tidak berada dalam
pangkuan pengaruh kapitalisme ini. Kekuatan yang besar ini nyata, atau
samar, mengeksploitasi kehidupan manusia dan alam semesta secara otomatis.
Akuntansi modern juga tidak terlepas dari pengaruh ini. Pemikiran-pemikiran
islam dan akuntansi syariah, misalnya merupakan pemicu untuk melakukan
perubahan dan pembebasan.
d. Perkembangan
Pemikiran
Sejak tiga dekade terakhir ini, umat
islam mulai menunjukkan geliat kehidupannya dari sudut jendela ilmu
pengetahuan. Ismail Al-Faruqi, misalnya leawat islamisasi ilmu pengetahuannya
seolah menggoyang tidur lelapnya umat islam untuk bangun mengonstruksi ilmu
pengetahuan berdasarkan jiwa tauhid. Instrumen penyebar ide islamisasi ilmu
pengetahuan ini telah didirikan di Herndon : Amerika Serikat, yang dikenal
dengan anam international institute of islamic thught (IIIT).
Lembaga ini akhirnya menyebar keberbagai negara islam lainnya, seperti :
Pakistan, Arab Saudi, Iran, Malaysia, dan Indonesia. Di Indonesia lembaga ini
didirikan sebagai cabang yang independen dengan anama international
institute of islamic Tought-Indonesia (IIIT-I) pada November 1999 yang
lalu.
IIIT melakukan islamisasi terhadap
ilmu pengetahuan sosial, seperti : antropologi, ekonomi, psikologi, sosiologi,
dan lainnya. Di Indonesia IIIT-I memfokuskan diri pada konstruksi dan
pengembangan Ekonomi Islam. Sementara, sampai saat ini wacana ekonomi islam
yang telah turunp pada dunia empiris adalah lembaga keuangan (bank syariah,
baitul mal wa tamwil), asuransi islam (takaful), dan reksadana syariah.
BAB III
PENUTUP
Akuntansi Syariah dan Epistimologi
Islam
Kerangka
konseptual akuntansi syariah sebagaimana telah dikemukakan di atas dirumuskan
menggunakan pendekatan epistimologi Islam. Epistimologi adalah cabang filsafat
yang secara khusus membahas teori ilmu pengetahuan, secara harfiah epistimologi
berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan (Suria Sumantri,
1991). Dalam lingkup filsafat ilmu, epistimologi mengandung pengertian sebagai
metode memperoleh pengetahuan agar memiliki karakteristik, kebenaran, dan
nilai-nilai tertentu sebagai ilmu (Chalmers, 1991).
Pendekatan
Perumusan Teori Akuntansi
Metodologi yang biasa digunakan untuk perumusan suatu teori akuntansi, pada dasarnya adalah metodologi deskriptif. Dengan kata lain menurut pandangan ini, teori akuntansi merupakan suatu usaha coba-coba untuk membenarkan apa yang tersusun melalui praktik akuntansi. Suatu teori seperti ini dinamakan Akuntansi Deskriptif atau suatu Teori Akuntansi Deskriptif. Pendekatan teori akuntansi deskriptif telah dikecam oleh para pendukung metodologi normative yang melahirkan teori akuntansi normative. Teori akuntansi normatif berusaha membenarkan apa yang seharusnya benar, daripada membenarkan apa yang benar.
Metodologi yang biasa digunakan untuk perumusan suatu teori akuntansi, pada dasarnya adalah metodologi deskriptif. Dengan kata lain menurut pandangan ini, teori akuntansi merupakan suatu usaha coba-coba untuk membenarkan apa yang tersusun melalui praktik akuntansi. Suatu teori seperti ini dinamakan Akuntansi Deskriptif atau suatu Teori Akuntansi Deskriptif. Pendekatan teori akuntansi deskriptif telah dikecam oleh para pendukung metodologi normative yang melahirkan teori akuntansi normative. Teori akuntansi normatif berusaha membenarkan apa yang seharusnya benar, daripada membenarkan apa yang benar.
Dengan penjelasan
sebagai berikut:
a. Pendekatan
Non-Teoritis
b. Pendekatan
Deduktif
c. Pendekatan
Induktif
d. Pendekatan
Etis
e. Pendekatan
Sosiologis
f. Pendekatan
Ekonomi
Pendekatan
yang Digunakan dalam Studi Ini:
a. Tahap
deskriptif
b. Tahap
evaluatif
c. Metode
pengumpulan data
Kondisi objektif lahirnya paradigma akuntansi-syariah
Lahirnya akuntansi syariah sekaligus
sebagai paradigma baru sangat terkait dengan kondisi objektif yang melingkupi
umat islam secara khusus dan masyarakat dunia secara umum. Kondisi tersebut
meliputi : norma agama, kontribusi umat islam pada masa lalu, sistem ekonomi
kapitalis yang berlaku saat ini, dan perkembangan pemikiran.
a.
Norma Agama
b. Kontribusi
Umat Islam
c. Sistem
Ekonomi Kapitalis
d. Perkembangan
Pemikiran
DAFTAR
PUSTAKA
http://imanph.wordpress.com
Muhammad. 2013.
Akuntansi Syariah. STIM YKPN. Yogyakarta
http://novitahanumsiregar.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar